Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Negara yang kita huni ini mendapat julukan ring of fire atau Lingkaran Api Pasifik. Kedua hal tersebut menjadi salah satu faktor Indonesia sering terjadi bencana. Bencana itu sendiri diartikan sebagai peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat seperti kehilangan nyawa dan harta benda. Adapun jenis-jenis bencana adalah sebagai berikut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya antara tahun 2002-2009 terdapat 14 bencana yang terjadi. Bencana yang sering terjadi khususnya gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung berapi. Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki manajemen bencana yang baik guna mengawasi dan menanggulangi bencana. Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, manajemen bencana memiliki tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
Istilah mitigasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu mitis (jinak) dan agare (melakukan). Singkatnya, mitigasi dilakukan untuk menjinakan sesuatu dimana dalam pembahasan ini berarti bencana. Oleh karena itu, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana sehingga dampaknya tidak besar. Mitigasi bencana menjadi bagian dari tahap awal penanggulangan bencana (pra bencana).
Pendekatan Mitigasi BencanaPendepatan struktural merupakan upaya mitigasi bencana melalui pembangunan prasarana fisik dan pemanfaatan teknologi. Dengan kata lain, rekayasa ketahanan bangunan akan bencana. Contohnya adalah adanya alat pendeteksi aktivitas gunung.
Pendekatan non struktural merupakan upaya mitigasi bencana melalui pembuatan kebijakan atau peraturan tertentu. Dengan kata lain, pendekatan yang dilakukan terhadap kesadaran manusia. Contohnya adalah Undang-undang Penanggulangan Bencana.
Kebijakan dan Strategi Mitigasi BencanaKebijakan Mitigasi BencanaBerbagai prinsip yang diperlukan dalam upaya mitigasi bencana adalah sebagai berikut.
Adapun strategi agar upaya mitigasi bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai berikut.
Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana, khususnya bagi wilayah yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk keputusan antisipasi kejadian bencana. Pemetaan akan tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak memicu gejala bencana. Sayangnya, untuk kasus di Indonesia pemetaan tata ruang dan rawan bencana belum terintegrasi dengan baik.
Hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana akan setiap daerah sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini akan memudahkan upaya penyelamatan apabila terjadi bencana. Pemantauan juga dapat dilakukan untuk pembangunan infrastruktur agar tetap memperhatikan AMDAL.
Penyebaran informasi dapat dilaukan ke media cetak ataupun elektronik. Informasi ini berupa cara mengenali gejala bencana, pencegahan, dan penanganan apabila terjadinya bencana. Hal ini dapat meningkatkan rasa kewaspadaan akan bencana.
Beberapa masyarakat mungkin ada yang tidak dapat mengakses informasi mengenai bencana. Oleh karena itu, tugasnya aparat pemerintahan untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat. Adapun bahan penyuluhan sama seperti di penyebaran informasi. Selain itu, mitigasi bencana juga turut diikutsertakan dalam kurikulum pendidikan anak-anak.
Peringatan dini ini berguna untuk memberitahukan hasil pengamatan atau evaluasi bencana secara berskala di suatu daerah rawan bencana. Peringatan dini dapat berupa pengalihan jalur jalan.
Contoh Mitigasi BencanaBencana Alam: Tanah LongsorAdapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Kontributor: Dema Amalia, S.Si.Alumni Geografi FMIPA UI
Mitigasi Bencana Alam | Video Learning Object
Source : https://www.studiobelajar.com/mitigasi-bencana/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar